Senin, 13 Februari 2017

Tips Fotografi Micro Dengan Kamera Ponsel Menjadi Sekelas DSLR Tanpa Shoftware Edit Foto



      Sekarang antara SmartPhone dengan kamera sudah tidak terpisahkan lagi. Mayoritas pengguna smartphone mengambil foto dengan kamera HP miliknya. Hal ini ditunjang dengan kualitas kamera pada smartphone dewasa ini sudah sangat mumpuni untuk sekedar hobi foto. Kualitas kamera hingga 20 MP adalah sangat cukup untuk menyalurkan hobi fotografi.
       Namun kamera yang bagus tanpa dibekali jiwa seni dan kemampuan melihat peluang objek yang bagus maka hasil jepretan menjadi kurang bagus. Namun hal tersebut dapat disiasati dengan berbagai software edit foto yang dapat di unduh dengan gratis di Play Store. Alhasil foto yang biasa-biasa saja akan tampak bagus.
        Pada kesempatan ini saya akan berbagi tips tentang mengoptimalkan kamera HP anda dengan peralatan sederhana. Kebanyakan HP tidak dilengkapi dengan cara pengambilan foto Micro. Jika kita menggunakan software, kadang hasilnya tidak sesuai yang kita harapkan. hal tersebut juga bukan hasil asli dari jepretan kita. Oleh sebab itu dapat disiasati dengan cara sebagai berikut :

  1. HP / SmartPhone dengan resolusi kamera yang bagus Resolusi kamera sangat menentukan hasil dari jepretan Anda. Usahakan yang beresolusi di atas 5 MP. Hal ini akan sangat berpengaruh pada ketajaman foto. Sebagai contoh saya menggunakan Xiaumi Redmi 2 Prime dengan resolusi kamera 8 MP.

  2. Peralatan Pendukung ; Peralatan untuk mengambil gambar Micro dapat ditemukan di sekitar anda. Sebagai contoh yang saya pakai adalah bekas Teropong Senapan angin. Ambil yang cembung-cembung. Alat lain adalah bekas lampu senter juga dapat dipakai.
  3. Lenasa yang sudah ada tinggal di tempel di depan kamera HP. Maka berburu foto Micro pun siap dikerjakan.
Dan ini hasil foto-foto jepretan saya tanpa di edit menggunakan sofware edit foto apa pun.





demikian tips dari saya semoga bermanfaat.

Jumat, 20 Januari 2017

MAKALAH Matsalul Qur’an Dalam Prespektif Tafsir tarbawi



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Allah menggunakan banyak perumpamaan (amtsal) dalam Al-Qur’an. Perumpamaan-perumpamaan itu dimaksudkan agar manusia memperhatikan, memahami, mengambil pelajaran, berpikir dan selalu mengingat. Sayangnya banyaknya  perumpamaan  itu  tidak  selalu  membuat  manusia  mengerti, melainkan tetap ada yang mengingkarinya/ tidak percaya. Karena memang tidaklah mudah untuk memahami suatu perumpamaan. Kita perlu ilmu untuk memahaminya. Sudah digambarkan dengan perumpamaan saja masih susah apalagi tidak. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan sedikit tentang ilmu amtsal Al-Qur’an..
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimanakah definisi Matsal Al-Quran?.
2.      Bagaimanakah yang dimaksud Matsal Kalimah Thayyibah?
3.      Bagaimanakah yang dimaksud Matsal Amal Perbuatan Manusia?
4.      Bagaimanakah yang dimaksud Matsal Dua Orang Istri?
C.     Tujuan masalah
1.      Mengetahui pengertian Matsal Alquran.
2.      Memahami Matsal Kalimah thayyibah.
3.      Memahami Matsal Amal Perbuatan Manusia.
4.      Memahami Matsal Dua Orang Istri.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Matsal
Proses penyampaian sutu informasi dalam kegiatan belajar mengajar, akan lebih menarik dan efisien jika dituangkan dalam sebuah cerita dan ungkapan yang indah. Salah satu strateginya adalah menggunakan tamtsil. Secara etimologi kata tamtsil berasal dari kata مثل yang berarti syabh yaitu perumpamaan atau penyerupaan. Dalam konteks sastra matsal  adalah ungkapan yang disampaikan dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam suatu ucapan dengan keadaan yang karenanya perkataan itu diungkapkan. Sehingga matsal sering digunakan untuk menunjuk kualitas hasil, yang diharapkan dapat diambil pelajaran bagi pendengarnya.
Al-Baihaqy meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Al-Qur’an turun menunjuki lima hal yaitu halal untuk dilakukan, haram untuk dijauhi, muhkam untuk diikuti, mutasyabih untuk diimani, dan amtsal atau tamtsil untuk diambil i’tibar.
Kata matsal sering disebut oleh Al-Qur’an yang dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1.Matsal yang menunjuk kepada makna sibh (serupa, sepadan, sama). Hal ini seperti firman Allah surat Al-Baqaraah ayat 228 :
وَلَهُنَّ مِثۡلُ ٱلَّذِي عَلَيۡهِنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ
Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf.
2.      Matsal yang menunjuk makna nadhr (padanan). Firman Allah dalam QS.Al-Jumu’ah 5:
مَثَلُ ٱلَّذِينَ حُمِّلُواْ ٱلتَّوۡرَىٰةَ ثُمَّ لَمۡ يَحۡمِلُوهَا كَمَثَلِ ٱلۡحِمَارِ يَحۡمِلُ أَسۡفَارَۢاۚ
Perumpamaan orang-orang yang dipukulkan taurat, kemudian tidak memikulnya seperti keledai yang membawa kitab yang tebal.
3.      Matsal yang menunjuk makna mau’idzoh (peringatan/pelajaran). Firman Allah QS.Ibrahim 25 :
تُؤۡتِيٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينِۢ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُونَ ٢٥
Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia, supaya mereka itu selalu ingat.
Dari pengungkapan matsal atau tamtsil  tersebut, diharapkan dapat menampilkan makna dalam bentuk yang hidup dan dapat diyakini dalam pemikiran si pendengarnya, dengan cara mengedepankan sesuatu yang ghaib dengan yang hadir, yang abstrak dengan yang konkrit, sehingga jiwa pendengar dapat menangkap makna-makna tersebut secara proporsional.
Dari segi bentuk, matsal dalam Al-Quran dapat digolongkan menjadi 3 yaitu :
1.      Matsal Musarrahah, yaitu matsal yang berfungsi menjelaskan sesuatu yang menunjuk kepada sesuatu yang menunjuk kepada tasybih, yang langsung menggunakan lafadz matsal. Firman Allah QS.Al-Baqarah ayat 17:
مَثَلُهُمۡ كَمَثَلِ ٱلَّذِي ٱسۡتَوۡقَدَ نَارٗا فَلَمَّآ أَضَآءَتۡ مَا حَوۡلَهُۥ ذَهَبَ ٱللَّهُ بِنُورِهِمۡ وَتَرَكَهُمۡ فِي ظُلُمَٰتٖ لَّا يُبۡصِرُونَ ١٧
Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api.
2.      Matsal Kaminah, yaitu matsal yang tidak disebut secara jelas lafadz matsal, tetapi ia menunjuk makna yang indah yang dapat menarik perhatian jiwa yang digunakan untuk mengungkap hal-hal berikut :
1)      Agar berbuat bijak dan sederhana sebagaimana dalam firman Allah QS.Al-Furqan ayat 67.
2)      Untuk menekankan bahwa kebenaran berita perlu diselediki sebagaimana dalam firman Allah QS.Al-Baqarah ayat 260 .
3)      Untuk menegaskan bahwa sesuatu itu akan dipertanggungjawabkan sebagaiman dalam firman Allah QS.Al-Nisa ayat 123.
4)      Untuk peringatan agar tidak terjebak dalam kesalahan dua kali. Firman Allah Qs.Yusuf ayat 64.
3.      Matsal Mursal, yaitu kalimat bebas yang tidak menunjukkan lafadz tasybih tetapi digunakan sebagai matsal. Firman Allah:
إِنَّ ٱللَّهَ مُبۡتَلِيكُم بِنَهَرٖ فَمَن شَرِبَ مِنۡهُ فَلَيۡسَ مِنِّي وَمَن لَّمۡ يَطۡعَمۡهُ فَإِنَّهُۥ مِنِّيٓ ٗ
"Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku".
Dari berbagai modelnya, matsal dalam pendidikan dikehendaki :
a. Untuk mengkonkritkan bentuk empirik (المعقولات) agar mudah diterima indra, karena sesuatu yang abstrak sulit ditanamkan dalam benak manusia. Sebagaiman dalam firman Allah QS.Al-baqarah ayat 64.
b.      Untuk menghadirkan sesuatu yang ghaib, sehingga seolah-olah hadir. Sebagaiman dalam firman Allah QS.Al-baqarah ayat 275َ
c. Untuk mendorong orang yang memberi mauidlah untuk bertindak sebagai uswatun hasanah. Sebagaiman dalam firman Allah QS.Al-baqarah ayat 261.
d.      Untuk memuji orang tetapi yang dipuji tidak merasa berbangga diri. Sebagaiman firman Allah QS. Al-baqarah ayat 29.
e.  Untuk menunjuk suatu kejahatan agar ditinggalkan. Sebagaimana firman Allah Qs.Al-a’raf ayat 176.
f. Untuk memberikan nasehat yang mudah diresapi dan diterima. Sebagaiman firman Allah QS.Al-zumar ayat 27.
Dalam konteks ini, proses pengajaran yang menggunakan metode perumpamaan, dimaksudkan untuk membentuk berbagai premis yang diharapkan peserta didik mampu untuk merumuskan istimbathnya secara logis. Sehingga dari matsal yang disampaikan tersebut peserta didik mampu mengambil hikmahnya secara jernih dan seterusnya dapat diamalkan dalam kehidupan riilnya.
Di antara keunikan Al-Quran dalam menyampaikan pesan-pesan kehidupan ialah model penyampaian pesan yang singkat, mudah, dan jelas untuk dipahami. Dan salah satu metode tersebut adalah melalui ungkapan matsal (perumpamaan). Matsal digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang sangat mendasar dan bersifat abstrak. Cara tersebut dapat ditemukan, misalnya ketika Al-Quran menjelaskan ke-esaan Allah dan orang-orang yang mengesakan Allah, tentang kemusyrikan dan orang-orang musyrik, tentang sikap dan kenyataan-kenyataan yang akan dihadapi oleh orang-orang bertauhid dan orang yang musyrik, serta tentang perbuatan-perbuatan mulia.
Masalah-masalah tersebut diungkapkan melalui perumpamaan yang bersifat konkret yang dimaksudkan untuk menjelaskan dan menegaskan makna pesan yang terkandung di dalamnya. Dengan menggunakan perumpamaan yang konkret tersebut, pendengar dan pembaca akan merasakan seolah-olah pesan yang disampaikan terlihat secara langsung. Masalah pengetahuan dan wahyu misalnya, diumpamakan oleh Al-Quran seperti air hujan dari langit, sedangkan hati dan jiwa manusia yang menerima whyu tersebut diumpamakan bumi dan lembah-lembah. Sementara fungsi wahyu bagi hati manusia diumpamakan hujan dalam menyuburkan tanah.


B.     Matsal kalimah Thayyibah (kalimat yang baik ; tauhid)
Firman Allah dalam QS.Ibrahim: 24-25 :
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ ٢٤ تُؤۡتِيٓ أُكُلَهَا كُلَّ حِينِۢ بِإِذۡنِ رَبِّهَاۗ وَيَضۡرِبُ ٱللَّهُ ٱلۡأَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُونَ ٢٥
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
Persesuaian antara “pohon” dengan tauhid adalaah keyakinan yang menghunjam dan mengakar di dalam jiwa, karena orang yang bertauhid senantiasa mengenal, membenarkan, memikirkan dan merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah. “Pohon” tauhid akan dapat menghasilakan buah iman dan takwa. Iman dan takwa setiap saat dapat membuahkan berbagai manfaat, baik bagi diri orang yang bertakwa itu sendiri maupun bagi orang lain. Iman dan takwa muncul dalam bentuk niat lurus, akhlak mulia, amal-amal shaleh, dan berbagai petunjuk yang benar. Jiwa tauhid itu menjulang ke langit karena keikhlasan, pengetahuan, dan keyakinannya senantiasa dapat menghubungkan dirinya dengan Sang maha Pencipta. Sungguh, suatu nikmat yang tidak terhingga bagi setiap mukmin yang taqwa, dapat berkomunikasi dan berdialog dengan Tuhannya. Ungkapan rasa syukur, bacaan tahmid, tasbih, takbir, tahlil, terus bergemuruh dalam hati yang suci, bersih karena taat kepada Allah penciptanya. Sebaliknya, lemahnya keyakinan atau syirik diumpamakan oleh Al-Quran dengan laba-laba yang sedang membuat sarang.
Jika orang-orang musyrik menyadari sebagian saja dari keadaan menyedihkan di atas, niscaya mereka akan tercengang mengetahui hal yang sebenarnya sedang mereka alami. Mereka akan mengerti dan sadar bahwa dirinya telah menyia-nyiakan akal dan pikiran, setelah sebelumnya menyia-nyiakan agama.
Adapun orang-orang yang bertauhid, mereka akan ikhlas kepada Tuhannya, tidak menyembah kecuali kepada Allah semata. Sebab, ia mengetahui dan menyadari sepenuhnya pilihan itu benar, kehidupan akhiratnya terpuji, menang, bahagia dan abadi, berada dalam kehidupan yang baik, dan senantiasa memiliki harapan untuk mendapatkan hidup yang terbaik di dunia dan akhirat.


C.    Matsal amal perbuatan manusia
Amal orang-orang beriman diumpamakan sebagai kebun-kebun subur yang lebat buahnya. Pemilik kebun itu terus menerus mendapatkan hasil, dan hatinya damai serta tidak cemas terhadap terhentinya hasil kebun. Sebab ia yakin bahwa kebun itu akan dipelaihara dan dijaga Tuhan, sedangkan bagi penyekutu Tuhan, amalan mereka diumpamakan sebagai debu yang ditiup topan pada hari berangin kencang, sedikit pun mereka tak dapat memanfaatkan amalnya.
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِرَبِّهِمۡۖ أَعۡمَٰلُهُمۡ كَرَمَادٍ ٱشۡتَدَّتۡ بِهِ ٱلرِّيحُ فِي يَوۡمٍ عَاصِفٖۖ لَّا يَقۡدِرُونَ مِمَّا كَسَبُواْ عَلَىٰ شَيۡءٖۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلضَّلَٰلُ ٱلۡبَعِيدُ ١٨
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (QS.Ibrahim : 18).
Orang-orang munafik mengharapkan cahaya iman, tetapi ketika telah mengetahui petunjuk, hati mereka dikuasai sikap ragu-ragu dan ketidak tegasan. Mereka di antara pilihan tetap dalam agama yang di wariskan dari nenek moyang atau memilih agama yang benar dan penuh petunjuk Tuhan bersama segala konsekuensinya. Akhirnya mereka berhasil dikalahkan oleh setan, dan kembali kepada agama taklid yang dibawa nenek moyangnya, dan kembali ke dalam kegelapan.

D.    Matsal Dua Orang Istri. (QS.al-Tahrim :10-12)
Dalam matsal ini Allah hendak menjelaskan bahwa jiwa kalau tidak mau menerima pancaran keimanan, maka selamanya ia tidak mau menerima mau’idlah dan I’brah serta ia tidak akan mau berkumpul dengan orang mukmin dan muttaqin. Dalam hal ini Allah memberikan contoh dua orang istri, yang satu seorang yang thalih yang diasuh oleh suami yang shalih, dan yang satu istri yang shalihah yang diasuh oleh suami yang thalih. Tetapi ternyata kedua kelompok (suami-istri) tersebut dimana istri yang shalihah tidak mempan digoda oleh suami yang thalih. Demikian juga suami yang shalih juga tidak mampu menaklukkan istri yang berhati sesat.
Dari contoh tersebut mengisyaratkan bahwa kedekatan orang musyrik kepada Nabi tidak memberikan nilai yang berarti bagi Islam dan orang Islam, karena kekufuran yang mereka sandang telah memutuskan hubungan antara orang musyrik dan orang islam dan bahkan keberadaannya hanya sebagi dinding samping seperti kedekatan Nuh dengan istrinya, sementara kecintaan Nabi dengan Aisyah dan Hafshah justru susah untuk saling dipisahkan.
ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱمۡرَأَتَ نُوحٖ وَٱمۡرَأَتَ لُوطٖۖ كَانَتَا تَحۡتَ عَبۡدَيۡنِ مِنۡ عِبَادِنَا صَٰلِحَيۡنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمۡ يُغۡنِيَا عَنۡهُمَا مِنَ ٱللَّهِ شَيۡٔٗا وَقِيلَ ٱدۡخُلَا ٱلنَّارَ مَعَ ٱلدَّٰخِلِينَ ١٠ 
Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang yang masuk (jahannam)".(At-tahrim : 10)
Dalam ayat ini memberikan matsal kepada orang kafir atas kebodohan mereka yang tidak mau memanfaatkan kedekatan hubungan mereka dengan orang mukmin untuk ikut bersama mereka, seperti kedekatan Istri Nabi Nuh dan Luth yang tidak mau ikut suami mereka, tetapi mereka malah menghianati suaminya masing-masing. Di dalam Al-Quran acap dijumpai matsal yang agak aneh yang disampaikan oleh Tuhan untuk direnungkan di mana di balik matsal tersebut terdapat usaha yang dilakukan dalam kondisi sulit tetapi ternyata dapat berhasil atau sebaliknya.
Al-qurthuby menjelaskan bahwa contoh (matsal) tersebut disampaikan oleh Tuhan kepada orang kafir menunjukkan suatu peringatan dan penegasan bahwa di hari kiamat nanti tidak akan ada yang dapat memberikan manfaat (pertolongan) antara yang satu dengan yang lain baik dari karib maupun kerabat jika berbeda akidah (agama), sebagaimana terpisahnya antara Nuh dengan istrinya.
Jika matsal dalam ayat ini dikaitkan dengan ayat yang ada di awal surat ini akan memberikan pelajaran kepada ummul mukminin khususnya dan para istri pada umumnya bahwa tidak ada gunanya kedekatan mereka dengan suaminya jika kedekatan tersebut digunakan untuk bermaksiat kepadanya.







BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Ø       Dalam konteks sastra matsal  adalah ungkapan yang disampaikan dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat dalam suatu ucapan dengan keadaan yang karenanya perkataan itu diungkapkan. Sehingga matsal sering digunakan untuk menunjuk kualitas hasil, yang diharapkan dapat diambil pelajaran bagi pendengarnya.
Ø        Orang-orang yang bertauhid, mereka akan ikhlas kepada Tuhannya, tidak menyembah kecuali kepada Allah semata. Sebab, ia mengetahui dan menyadari sepenuhnya pilihan itu benar, kehidupan akhiratnya terpuji, menang, bahagia dan abadi, berada dalam kehidupan yang baik, dan senantiasa memiliki harapan untuk mendapatkan hidup yang terbaik di dunia dan akhirat.
Ø       Amal orang-orang beriman diumpamakan sebagai kebun-kebun subur yang lebat buahnya. Pemilik kebun itu terus menerus mendapatkan hasil, dan hatinya damai serta tidak cemas terhadap terhentinya hasil kebun. Sebab ia yakin bahwa kebun itu akan dipelaihara dan dijaga Tuhan, sedangkan bagi penyekutu Tuhan, amalan mereka diumpamakan sebagai debu yang ditiup topan pada hari berangin kencang, sedikit pun mereka tak dapat memanfaatkan amalnya.
Ø       Dalam matsal dua orang istri Allah hendak menjelaskan bahwa jiwa kalau tidak mau menerima pancaran keimanan, maka selamanya ia tidak mau menerima mau’idlah dan I’brah serta ia tidak akan mau berkumpul dengan orang mukmin dan muttaqin. Dalam hal ini Allah memberikan contoh dua orang istri, yang satu seorang yang thalih yang diasuh oleh suami yang shalih, dan yang satu istri yang shalihah yang diasuh oleh suami yang thalih. Tetapi ternyata kedua kelompok (suami-istri) tersebut dimana istri yang shalihah tidak mempan digoda oleh suami yang thalih. Demikian juga suami yang shalih juga tidak mampu menaklukkan istri yang berhati sesat.





DAFTAR PUSTAKA

·         Munir Ahmad. Tafsir tarbawi : mengungkap pesan alquran tentang pendidikan. Yogyakarta : sukses offset, 2008