Minggu, 15 Mei 2016

MAKALAH KAPITA SELEKTA "MODEL-MODEL PENDIDIKAN ISLAM"



BAB I
PENDAHULUAN


1.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan di zaman sekarang ini sangat penting karena dengan mengikuti pendidikan, kita mengetahui ilmu baru yang belum kita ketahui sebelumnya. Dalam pendidikan/pembelajaran itu banyak sekali model-model pembelajaran yang mana dengan adanya model-model pembelajaran tersebut kita bisa menjadikan pendidikan menjadi mudah untuk dipahami dan dimengerti khususnya bagi pelajar yang sedang mengikuti pelajaran dikelas.[1]
Ditengah-tengah kemelut resesi kehidupan manusia di berbagai bidang, terutama bidang ekonomi-keuangan, dimana nilai-nilai yang mendasarinya juga terkena dampak negatifnya sehingga goyah dan rentan menjadi transitif, maka pendidikan Islam sebagai salah satu bagian dari kehidupan universal, tak dapat terhindar dari dampak keguncangannya.
Realita perubahan sosiokultural yang melanda seluruh bangsa, termasuk bangsa Indonesia, menuntut kepada adanya konsepsi baru yang tanggap dan sanggup memecahkan problem-problem kehidupan umat manusia melaui pusat-pusat gerakan yang paling strategis dalam masyarakat. Salah satu pusat strategis tersebut adalah gerakan kependidikan yang mempunyai landasan ideal dan operasional yang kokoh berdasarkan nilai-nilai yang pasti dan antisipatif kepada kemajuan hidup masa mendatang.[2]
Dari latar belakang diatas, maka kami menyusun makalah yang berjudul “Model-Model Pendidikan Islam dan Orientasinya” yang sudah kami rangkum secara singkat dan jelas untuk dipelajari dan mudah untuk dimengerti bagi pembaca.
2.      Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,  maka dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana model-model pendidikan Islam?
2.      Bagaimana orientasinya?
3.      Bagaimana pandangan menurut para ahli tentang model-model pendidikan Islam?
3.      Tujuan Pembahasan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulis yang ingin dicapai pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Agar dapat mengetahui model-model pendidikan Islam.
2.      Agar dapat mengetahui orientasinya.
3.      Agar dapat mengetahui pandangan menurut para ahli tentang model-model pendidikan Islam.





BAB II
PEMBAHASAN
MODEL-MODEL PENDIDIKAN ISLAM DAN ORIENTASINYA


A.    Model-Model Pendidikan Islam dan Orientasinya
Pendidikan islam yang bertugas menggali, menganalisis, dan mengembangkan serta mengamalkan ajaran Islam yang bersumberkan Al-Quran dan Al-Hadis, cukup memperoleh bimbingan dan arahan dari kandungan makna yang terungkap dari kedua sumber tuntutan tersebut. Sumber ajaran Islam itu benar-benar lentur dan kenyal serta responsife (tanggap)  terhadap tuntunan hidup manusia yang makin maju dan modern dalam segala bidang kehidupan.[3]
Diantara model-model pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1.      Model pendidikan Islam esensialistik.
Model ini berorientasi pada nilai-nilai lama yang membentuk sosok pribadi muslim yang tahan terhadap pukulan zaman.
2.      Model Pendidikan Islam Perenialistik
Model ini berorientasi pada nilai-nilai yang mengandung potensi mengubah nasib masa lampau (lama) saja yang di interealisasikan ke masa kini yang dijadikan inti kurikulum pendidikan. Dimana nilai-nilai yang terbukti tahan. Sedangkan nilai-nilai yang berpotensi bagi semangat perubahan di tinggalkan.
3.      Model Pendidikan Islam yang Individualistik.
Model ini, potensi aloplastik (mengubah dan membangun) masyarakat dan alam sekitar kurang mengacu kepada kebutuhan sosiokultural.
4.       Model Pendidikan Islam yang bercorak teknologi.
Model ini orientasinya meninggalkan nilai-nilai samawi diganti dengan nilai-nilai pragmatik realistik kultural.


5.      Model pendidikan Islam Dialogis
Mekanisme model ini adalah aksi reaksi dalam perkembangan manusia menjadi gersang dari nilai-nilai Illahi yang mendasari fitrahnya.
Dari berbagai jenis model pendidikan Islam di atas tentunya masih banyak masalah-masalah yang timbul. Hal ini dapat dilihat dari institusi Pendidikan Islam yang ada baik di Indonesia dan luar negeri. Khususnya Indonesia institusi pendidikan Islam telah mendapat pengakuan secara hukum dengan diatas dalam UU pendidikan No. 20 tahun 2003. Tentunya dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh negara. Setiap jenjang telah disamakan dengan pendidikan umum. Tentunya dengan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki lembaga masing-masing.[4]
Dorongan dan rangsangan ajaran Al-Quran terhadap pengembangan untuk pemantapan iman dan taqwa diperkokoh melalui ilmu pengetahuan manusia. Al-Qur’an sebagai sumber pedoman hidup umat manusia telah menggelarkan wawasan dasar terhadap masa depan hidup manusia dengan rentangan akal pikirannya yang mendalam dan meluas sampai pada penemuan ilmu dan teknologi yang canggih. Maka dari itu Al-Qur’an menegaskan 300 kali perintah untuk memfungsikan rasio manusia, dan 780 kali mengukuhkan pentingnya ilmu pengetahuan serta pemantapan keimanan yang dikukuhkan dengan perintah tidak kurang dari 810 kali ayat-ayatnya.(DR. Fadhil Al-Djamaly,1997,p.87-89). Ayat-ayat yang mendorong dan merangsang akal pikiran untuk berilmu pengetahuan dan teknologi itu seperti tersebut dalam surah  Ar-Rahmaan ayat 1-33 tentang kelautan dan ruang angkasa luar; Surah Al An’aam ayat 79 tentang eksplorasi benda-benda ruang  angkasa dengan akal pikiran oleh Nabi Ibrahim untuk menentukan Tuhan yang hak, serta pengolahan dan pemanfaatan besi tembaga sebagai bahan teknologi.[5]
B. Pandangan Dari Para Ahli Tentang Model-Model pendidikan Islam dan                             Orientasinya.            
Pandangan dari salah satu dokter bedah berkebangsaan Prancis,Dr. Maurice Bucaille, yang telah melakukan studi perbandingan mengenai Bibel dan Al-Quran serta sains modern sungguh mengejutkan umat Islam sendiri yang setiap hari memegang dan membaca kitab suci Al-Qur’an.  Pendapat beliau berdasarkan standar ilmiah modern melalui analisis  komparatif dan akademik terhadap kebenaran Al-Quran sebagai wahyu murni, secara tekstual dan materiil, menunjukkan bahwa “Al-Quran diwahyukan sesudah kitab suci sebelumnya.[6]
Dengan demikian pendidikan Islam dapat kita kembangkan menjadi suatu agent of technologically and culturally motivating resources dalam berbagai model yang mampu mendobrak pola pikir tradisonal yang pada dasarnya dogmatis, kurang dinamis, dan berkembang secara bebas. Kita perlu bersikap dan berkeyakinan bahwa agama dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dapat berperan konstruktif besama-sama yang saling mempengaruhi justru karena nilai-nilai agama kita kondusif terhadap iptek, dan sebaliknya nilai-nilai iptek akan memperkuat agama kita.
Disinilah tampak peranan minimal agama dalam pengembangan iptek, yaitu memberikan makna kemanusiawian (humansatif) yang menuntut kebersamaan tanggung jawab dalam mengelola planet bumi agar lestari dan tahan lama. Peranan maksimalnya mendasari dan memotifasi perkembangan iptek dengan Iman, Islam, dan Ihsan sehingga ia mengabdikan kepada kepentingan hidup manusia bukan sebaliknya, manusia mengabdi kepada iptek.  Prinsip orientasi ini telah mengawali proses pendidikan Islam pada permulaan sejarahnya.    
Orientasi dasar pendidikan Islam,  yang telah diletakkan oleh Rosulullah pada awal risalahnya ialah menumbuh kembangkan sistem kehidupan sosial yang penuh kebajikan dan kemakmuran, meratakan kehidupan ekonomi yang berkeadilan sosial berpolakan dunia dan akhirat yang bertumpu pada nilai-nilai moral yang tinggi dan berorientasi kepada kebutuhan pendidikan yang mengembangkan daya kreativitas dan pola pikir intelektual bagi terbinanya teknologi sosal yang berkeadilan dan berkemakmuran.
Ketiga dimensi orientasi dasar tersebut menjadi modal pokok untuk mendinamisasikan umat manusia pada kurun waktu permulaan sejarah pendidikan Islam, yaitu pada zaman Nabi dan sahabat besar Nabi (khulafa’urrosyidin). Pendidikan  Islam pada masa itu mampu menjadikan kaum muslimin sebagai pelaku positif terhadap pembangunan diri pribadi dan masyarakatnya. Pendidikan Islam sejak semula berkembangnya senantiasa meletakkan pandangan filosofisnya kepada sasaran sentralnya, yaitu manusia didik, sebagai makhluk Tuhan yang memiliki potensi dasar fitrah dimana religiusitas-Islami menjadi intinya, yang dikembangkan secara vertikal dan horizontal menuju kehidupan lahir dan batin yang bahagia dalam arti luas.
Sendi-sendi fundamental yang mendasari kehidupan psikologis manusia, yaitu iman tauhid yang berdimensi ketakwaan kepada Allah, berhasil didorong dan dipacu untuk berperan nyata dalam segala bidang kehidupan yang melahirkan sikap hidup fastabiqul khairat.
Para filsuf-pendidikan muslim sepert Ibnu Sina (985M), AL Ghozali (1058 M), dan Ibnu Khaldun (1332M) yang hidup pada periode keemasan perkembangan ilmu pengetahuan Islam di Benua Arabia, Afrika Utara, dan Spanyol Islam, secara prinsipal telah meletakkan konsepsi pendidikan Islam yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak didik.[7]
Menurut Al-Ghozali, secara potensial pengetahuan itu telah eksis dalam jiwa manusia bagaikan benih yang ada di dalam tanah. Orientasi Al-Ghozali yang bercorak empiris dalam pendidikan tampak di sisi lain, seperti keharusan seorang  pendidik memperbaiki sikap dan prilaku pendidik pada waktu bertugas mengajar. Ia memandang kemampuan rasional manusia lebih penting dari kemampuan kejiwaan lainnya.
Ibnu Khaldun berpandangan serupa dengan Al-Ghozali. Menurutnya akal pikiran (rasio) merupakan kekuatan menciptakan kehidupan dan kerja sama dengan anggota-anggota masyarakatnya serta untuk menerima wahyu Tuhan melalui Rosul-Nya. Sedangkan Ibnu Sina berpandangan bahwa pendidikan lebih menekankan pembinaan akhlak / moralitas. Muhammad Abduh salah seorang cendikiawan, ulama, mahaguru Universitas Al-Azhar, ia memandang bahwa peranan sistem pendidikan besar sekali bagi proses modernisasi kehidupan umat Islam. Pendidikan harus didasari dengan moral dan agama. Pendidikan agama diintegrasikan ke dalam ilmu pendidikan agama, pendidikan dipandang sebagai alat yang paling efektif untuk mengadakan pembaharuan atau perubahan.
DR. Fadhil Al-Djamly, menjabarkan tuntutan kehidupan masyrakat (Islam) terhadap pengembangan kurikulum pendidikan Islam, yaitu suatu jenis ilmu pengetahuan yang di kehendaki oleh AL-Qur’an dan diajarkan kepada anak didik. Ilmu-ilmu pengetahuan itu mencakup ilmu agama, sejarah, ilmu falak, ilmu bumi, ilmu hitung, ilmu hukum dan perundangan, ilmu jiwa, ilmu kedokteran, ilmu pertanian, biologi, sosiologi, ekonomi, ilmu balaghoh, adab dll.    
Sejalan dengan pandangan diatas umat Islam harus mengubah sikap pandangannya yang lama, yaitu dari pandangan terhadap lembaga pendidikan Islam yang hanya sebagai gudang ilmu atau bank transfer dan menjadi pengolahan ilmu yang alamiah dan ilmiah yang mengacu pada tuntunan masyarakat yang thoyibah warabbun ghofur dapat terwujud. Oleh karena itu, berbagai model pendidikan Islam yang terbukti tidak memuaskan tuntunan umat terlihat pada:
1.        Model pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola pikir bahwa nilai-nilai yang                                      konservatif dan asketis harus dilestarikan dalam sosok pribadi muslim yang resistan terhadap pukulan gelombang zaman, merupakan ciri utama pendidikan esensialistik. Orientasi demikian sudah tentu kurang dapat diandalkan oleh umat untuk menjawab tantangan zaman.
2.     Jika pendidikan Islam berorientasi kepada pola pikir bahwa nilai-nilai Islami yang mengandung potensi mengubah nasib masa lampau ke masa kini yang dijadikan inti kurikulum pendidikan, maka model pendidikan Islam bercorak perenialistik, dimana nilai- nilai yang terbukti tahan lama  saja yang diinternalisasikan kedalam pribadi anak didik. Sedang nilai-nilai yang potensial bagi semangat pembaharuan ditinggalkan.
3.     Bila penddikan Islam hanya lebih berorientasi pada personalisasi kebutuhan pendidikan dalam segala aspeknya, maka ia bercorak individualistis, dimana potensi aloplastik ( bersifat mengubah dan membangun ) masyarakat dan alam sekitar kurang mengacu kepada kebutuhan sosiokultural.
4.     Jika pendidikan islam berorientasi kepada masa depan sosio, masa depan tekno, dan masa depan bio, di mana ilmu dan teknologi menjadi pelaku perubahan dan pembaruan kehidupan sosial, maka pendidikan Islam yang bercorak teknologis, dimana nilai-nilai samawi ditinggalkan diganti dengan nilai-nilai pragmatik-realivistik kultural.
5.     Akan tetapi, jika pendidikan Islam yang berorientsi kepada perkembangan masyarakat berdasarkan proses dialogis dimana manuasia ditempatkan sebagai geiger-counter, pendekatan sinar radio aktif elemen-elemen sosial yang berpotensi kontroversial ganda, yaitu membahagiakan dan menyejahterakan. Maka mekanisme aksireaksi dalam perkembangan manusia menjadi gersang dari nilai nilai Illahi yang mendasari fitrahnya[8].

C.   Model Pendidikan Islam yang Berorientasi Pada Pandangan Falsafah
Dengan memperhatikan potensi psikologis dan pedagogis, model pendidikan Islam seharusnya berorientasi kepada pandangan falsafah sebagi berikut:
1.     Filosofis: memandang manusia didik adalah hamba Tuhan yang diberi kemampuan fitrah, dinamis dan sosial-religius serta psiko-fisik. Cenderung kepada penyerahan diri secara total kepada sang pencipta.
2.     Etimologis : potensi berilmu pengetahuan yang berpijak pada iman dan berilmu pengetahuan untuk menegakkan iman yang bertauhid, yang bersyariyah-dharuriah, menjadi shibghah manusia muslim sejati berderajat mulia.
3.     Pedagogis: manusia adalah makhluk belajar sejak dari ayunan sampai liang lahat yang proses perkembangannya didasari nilai-nilai Islami yang dialogis terhadap tuntutan Tuhan dan tuntutan perubahan sosial, lebih cenderung kepada pola hidup yang harmonis antara kepentingan duniawi dan ukhrawi, serta kemampuan belajarnya disemangati oleh misi kekhalifahan di muka bumi.
Secara kurikuler model-model tersebut di diatas, didesain menjadi beberapa macam diantaranya adalah:
1.     Content: lebih difokuskan kepada masalah sosio cultural masa kini untuk diproyeksikan ke masa depan,.dengan kemampuan anak didik untuk mengungkapkan tujuan dan nilai-nilainya yang sesuai tuntunan tuhan.
2.      Pendidik: bertanggung jawab terhadap penciptaan situasi komunitas yang terpercaya.
3.     Anak didik: dalam proses belajar mengajar bersama-sama menghayati persepsi terhadap realitas kehidupan dan memperhatikan persepsi orang lain.[9]

                               




BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Model pendidikan Islam berorientasi pada pandangan falasafah yaitu:
1.      Filosofis yaitu memandang manusia didik adalah hamba tuhan yang di beri kemampuan fitrah dinamis dan  social religious serta yang psiko fisik cenderung pada penyerahan diri secara total kepada sang pencipta.
2.     Etimologis yaitu potensi berilmu pengetahuan yang berpijak pada iman dan ilmu.
3.     Pedagogis yaitu manusia adalah makhluk yang belajar sejak lahir dari ayunan sampai liang lahat yang proses perkembangannya didasari nilai nilai islami.





DAFTAR PUSTAKA


Muzayyin Arifin, “Kapita Selekta Pendidikan Islam”, Jakarta: Bumi Aksara,2003
Dewi Asiyah, “Model-Model Pendidikan Islam dan Orientasinya”dalam http:// 74.blogspot.com. Model-Model Pendidikan Islam//, 2014
Yundi,,”problematika, metode, dan model pendidikan Islam”dalam http://blog konsultasi problematika, metode, dan model pendidikan Islam//, 2014


[1] Dewi Asiyah, “Model-Model Pendidikan Islam dan Orientasinya”dalam http:// 74.blogspot.com. Model-Model Pendidikan Islam//, diakses pada hari sabtu, 11oktober 2014
[2] Muzayyin Arifin, “Kapita selekta Pendidikan Islam”, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm.24
[3] Ibd___________“Kapita selekta Pendidikan Islam”, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm.24
[4] Yundi,,”problematika, metode, dan model pendidikan Islam”dalam http://blog konsultasi problematika, metode, dan model pendidikan Islam//, diakses pada hari sabtu, 11oktober 2014
[5] Muzayyin Arifin,“Kapita selekta Pendidikan Islam”, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm.25
[6] Ibd________, “Kapita selekta Pendidikan Islam”, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm.25-26
[7]Ibd_______, “Kapita selekta Pendidikan Islam”, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm.28
[8] Ibd_______,”Kapita selekta Pendidikan Islam”, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm.30-31
[9] Ibd_______, “Kapita selekta Pendidikan Islam”, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm.31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar