Minggu, 15 Mei 2016

RESUME METODOLOGI STUDI ISLAM 1



BAB I
PENDAHULUAN

       Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin. Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Al Qur’an dan Hadist, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual.
       Pembahasan Islam dapat di pahami dengan berbagai pendekatan studi islam. Berbagai pendekatan tersebut meliputi : pendekatan Normatif, Antropologis, sosiologis, Teologis, Fenomenologis, Filosofis, Historis, Politis, Psikologis, dan Interdisipliner. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan disini adalah cara pandang atau paradikma yang terdapat dalam suatu bidang yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama.
       Adapun studi islam sendiri merupakan ilmu keislaman mendasar. Dengan studi ini, pemeluknya mengetahui dan menetapkan ukuran ilmu, iman dan amal perbuatan kepada allah SWT. Diketahui pula bahwa islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal fikiran, politik ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi lingkungan hidup, dan masih banyak lagi yang lainnya. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu. Selama ini Islam banyak dipahami dari segi teologis dan normative.
       Dalam makalah ini akan disajikan materi-materi yang terdapat dalam mata kuliah Metode Studi Islam secara ringkas dan diharapkan dapat memberikan gambaran singkat mengenai isi dari mata kuliah Metode Studi Islam.




BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian dan Ruang Lingkup
1.        Pengertian
       Menurut istilah “metodologi” berasal dari bahasa Yunani yakni metodhos dan logos, methodos berarti cara, menyelesaikan sesuatu, sementara logos berarti ilmu pengetahuan. Metodologi adalah ilmu cara- cara dan langkah- langkah yang tepat (untuk menganalisa sesuatu) penjelasan serta menerapkan cara.[1]  Studi artinya mempelajari atau mengkaji, yang berarti pengkajian terhadap Islam secara ilmiah, baik Islam sebagai sumber ajaran, pemahaman maupun pengalaman. Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Dari kata salima diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.
       Metodologi studi Islam adalah suatu kajian atas seperangkat konsep-konsep tentang paradigma, pendekatan dan metode yang dipergunakan untuk mengkaji dan meneliti Islam sebagai obyek studi.[2]
2.        Ruang Lingkup Studi Islam
Agama sebagai objek studi dapat dilihat dari berbagai sisi
a.         Sebagai doktrin dari Tuhan yang bersifat absolut.
b.        Sebagai gejala budaya, yang berarti menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama termasuk pemahaman terhadap doktrin agama.
c.         Sebagai interaksi sosial, yaitu realitas masyarakat.
Bila Islam dilihat dari tiga hal tersebut di atas maka ruang lingkup studi Islam dapat dibatasi tiga bahasan tersebut. Oleh karena isi doktrin merupakan suatu keyakinan atas kebenaran wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian di dalamnya.

3.        Urgensi Metodologi Studi Islam
       Menurut Amin Abdulloh, titik tolak kesulitan pengembangan skup wilayah kajian Islamic studies, berakar pada kesukaran seorang agamawan untuk membedakan antara normativitas dengan historitas. Dilihat dari sudur normatif, islam merupakan agama yang didalamnya berisi ajaran tuhan yang berkaitan dengan akidah dan muamalah. Sedangkan jika dilihat dari sudut historis (sebagaimana yang tampak dalam masyarakat), maka Islam tampil seabagai sebuah disiplin ilmu.
       Bersdasarkan uraian di atas, pentingnya studi Islam adalah untuk melihat Islam dari berbagai sudut pandang, baik dari sudut normativitas ajaran wahyu yang dibangun, diramu , dilakukan, dan ditelaah melalui doktrin teologis. Sedangkan historitas beragama, ditelaah melalui berbagai sudut pendekatan keilmuan social keagamaan yang bersifat multi disipliner, baik lewat pendekatan historis, filosofis, psikologis, sosiologis, cultural, maupun antropologis.

B.       Sumber dan Karakteristik Islam
1.        Sumber Ajaran Islam
a.         Al-Qur’an
       Secara istilah Al-qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah, melalui jibril dengan menggunakan bahasa Arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadiakan hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rosulullah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Ia terhimpun dalam mushaf, dimulai dari surat Al-fatihah dan diakhiri dengan surat Al-nas, disampaikan kepada kita secara mutawatir dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan serta terjaga dari perubahan dan penggantian.[3]

b.        Hadits
       Al-Hadis berkedudukan sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-qur’an. Selain didasarkan pada keterangan-keterangan ayat-ayat Alqur’an dan Hadis juga didasarkan kepada pendapat kesepakatan para sahabat. Yakni seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajib mengikuti hadis, baik pada masa Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat.[4]
c.         Ijtihad
       Secara bahasa, ijtihad berasal dari kata jahada. Kata ini beserta seluruh variasinya menunjukkan pekerjaan yang dilakukan lebih dari biasa, sulit dilaksanakan atau yang tidak disenangi. Menurut Abu Zahra, ijtihad adalah upaya seorang ahli fiqh dengan kemampuannya dalam mewujudkan hukum-hukum amaliyah yang diambil dari dalil-dalil yang rinci.
2.        Karakteristik Islam
       Dalam pembahasan berikut akan diuraikan karakteristik Islam dari beberapa bidang :
a)        Bidang Agama
       Karakteristik Islam dalam bidang keagamaan bersifat toleran, pemaaf, tidak memaksakan, dan saling menghargai, karena dalam pluralitas agama terdapat unsur kesamaan yaitu pengabdian pada Tuhan.
b)        Bidang Ibadah
       Dr. Yusuf. Al-Qardhawi juga dijelaskan mengenai karakteristik Islam dalam bidang ibadah, namun pokok bahasannya tertuju pada Rabbaniyah. Yang dimaksud dengan Rabbaniyah di sini adalah yang meliputi dua kriteria.: yaitu Rabbaniyah ghoyah (tujuan) dan wijhah (sudut pandang), Rabbaniyah mashdar (sumber hukum) dan manhaj (sistem). Adapun yang dimaksud Rabbaniyah tujuan dan sudut pandang bahwa Islam itu menjadikan tujuan akhir dan sasarannya yang jauh ke depan, yaitu dengan menjaga hubungan dengan Allah secara baik dan mencapai ridha-Nya.


c)        Bidang Ilmu dan Budaya
       Dalam bidang ilmu, kebudayaan, dan teknologi, Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk bersikap terbuka dan tidak tertutup, terbuka untuk menerima berbagai masukan dari luar, tetapi juga harus selektif, maksudnya adalah tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan teknologi, melainkan ilmu dan teknologi yang sesuai tidak menyimpang dari ajaran Islam.
d)       Bidang Pendidikan
       Karakteristik Islam dalam bidang pendidikan yaitu Islam memandang pendidikan sebagai hak bagi setiap orang (education for all), laki-laki atau peempuan, dan berlangsung sepanjang hayat (long life education). Islam pu memiliki rumusan yang jelas terhadap dunia pendidikan dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, sarana, dan lain sebagainya.
e)        Bidang sosial
       Dalam bidang sosial, ciri khas yang diajarkan Islam yaitu ajaran yang bertujuan untuk mensejahterakan manusia. Berbagai ajaran yang diajarkan Islam untuk mensejahterakan manusia antara lain sikap toleransi meskipun dengan umat yang berbeda agama, sikap tolong mnolong, kesamaan derajat, kesetiakawanan, tenggang rasa, kegotong royongan atau kebersamaan, dan lain sebagainya.
f)         Bidang Ekonomi
       Islam merupakan agama yang memiliki ajaran dalam segala bidang, dalam urusan kehidupan duniapun dalam hal ini bidang ekonomi, Islam mengajarkannya untuk kesejahteraan manusia, karena Islam memandang bahwa manusia itu harus hidup seimbang dan tidak terpisahkan antara urusan dunia dan akhirat

C.      Pendekatan Islam Interdisipliner
      Pendekatan interdisliner yang dimaksud disini adalah kajian dengan menggunakan sejumlah pendekatan atau sudut pandang (perspektif). Dalam studi misalnya menggunakan pendektan sosiologis, historis dan normatif secara bersamaan. Pentingnya penggunaan pendekatan ini semakin disadari keterbatasan dari hasil-hasil penelitian yang hanya menggunakan satu pendekatan tertentu. Misalnya, dalam mengkaji teks agama, seperti Al-Qur’an dan sunnah Nabi tidak cukup hanya mengandalkan pendekatan tekstual, tetapi harus dilengkapi dengan pendekatan sosiologis dan historis sekaligus, bahkan masih perlu ditambah dengan pendekatan hermeneutik misalnya.
       Dari kupasan diatas melahirkan beberapa catatan. Pertama, perkembangan pembidangan studi islam dan pendekatannya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Kedua, adanya penekanan terhadap bidang dan pendekatan tetentu dimaksudkan agar mampu memahami ajaran islam lebih lengkap (komprehensif) sesuai dengan kebutuhan tuntutan yag semakin lengkap dan komplek. Ketiga, perkembangan tersebut adalah satu hal yang wajar dan seharusnya memang terjadi, kalau tidak menjadi pertanda agama semakin tidak mendapat perhatian.[5]
       Contoh dalam penggunaan pendekatan interdispiner adalah dalam menjawab status hukum aborsi. Untuk melihat status hukum aborsi perlu dilacak nash Al-Qur’an dan sunnah Nabi. Tentang larangan pembunuhan anak dan proses atau tahap penciptaan manusia dihubungkan dengan teori embriologi.
       Sebagai tambahan Leonard Binder secara implisit menawarkan beberapa pendekatan studi islam, yakni:
1) Sejarah (history)
2) Antropologi (anthrophology)
3) Sastra islam dan arkeologi (islamic art and archeology)
4) Ilmu politik (political science)
5) Filsafat (philosophy)
6) Linguistik
7) Sastra (literature)
8) Sosiology (sociology)
9) Ekonomi (economics)
Dari pembahsan ringkas tentang pendekatan yang dapat digunakan dalam studi islam ada beberapa catatan. Pertama, sejumlah teori memang sudah digunakan sejak lama oleh para ilmuan klasik, meskipun teori-teori tersebut mengalami perkembangan. Kedua, ada beberapa teori yang mendapat penekanan pada beberapa dekade terakhir.

D.      Pendekatan-pendekatan dalam metodologi studi Islam
a.         Pendekatan Sosiologis
       Teori sosiologis tentang watak agama serta kedudukan dan signifikansinya dalam dunia sosial, mendorong di tetapkannya serangkaian kategori-kategori sosiologis, meliputi:
1)        Stratifikasi sosial,
2)        Kategori bisosial,
3)        Pola organisasi sosial,
4)        Proses sosial.[6]
b.        Pendekatan Historis
       Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang membahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut, dan lain sebagainya.[7]
       Ketika ia mempelajari Al-qur’an, ia sampai pada kesimpulan bahwa dasarnya kandungan Al-qur’an itu menjadi dua bagian. Bagian pertama berisi konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan perumpamaan.
c.         Pendekatan Antropologis
       Melalui pendekatan antropologi sosok agama yang berada pada daratan empiric akan dapat dilihat serat-seratnya dan latar belakang mengapa ajaran agama tersebut muncul dan dirumuskan. Antropologi berupaya melihat hubungan antara agama dengan berbagai pranata yang terjadi di masyarakat.[8]

d.        Pendekatan Psikologi
       Psikologi atau ilmu jiwa adalah jiwa yang mempelajari jiwa seseorang melalui gejala perilaku yang dapat diamatinya. Ilmu jiwa agama sebagaimana yang dikemukakan Zakiah Daradjat, tidak akan mempersoalkan benar tidaknya suatu agama yang dianut seseorang, melainkan yang dipentingkan adalah bagaimana keyakinan agama tersebut terlihat pengaruhnya dalam perilaku penganutnya.
e.         Pendekatan Filosofis
       Arti dari filsafat adalah sebuah upaya untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada dibalik objek formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang terdapat dibalik yang bersifat lahiriyah. Maka dari itu filsafat dapat digunakan dalam memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama.

E.       Islam sebagai Ajaran, Pemahaman dan Pengamalan
1.        Islam sebagai ajaran
       Secara garis besar, ajaran dikelompokan ke dalam 3 aspek :
a.         Aqidah, yang berhubungan dengan masalah keimanan atau keyakinan
b.        Syariah, yang berhubungan dengan masalah hukum, baik ibadah maupun muamalah.
c.         Akhlaq, yang berhubungan dengan masalah moral, etika, budi pekerti, sikap lahir/bathin.
       Ketika aspek tersebut bisa dibedakan namun merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Aqidah harus diwujudkan dengan melaksanakan syariah dan bertindak sesuai akhlaq Islam. Syariah juga harus dilandasi oleh aqidah dan dilaksanakan sesuai akhlaq Islam. Kita tidak boleh hanya mementingkan salah satunya saja.
2.        Islam Sebagai Pemahaman
       Yang dimaksudkan Islam sebagai pemahaman disisni ialah Islam sebagaimana hasil interprestasi para ulama atau cendekiawan muslim yang melahirkan ilmu-ilmu seperti tercermin dalam ilmu tauhid/ilmu kalam, filsafat islam, fiqih, serta akhlak dan tasawuf. Dengan mempelajari ilmu-ilmu tersebut, kita dapat diantarkan kepada penyimpulan mengenai Islam dari segi pemhaman para ulama atau cendekiawan islam. Di dalamnya dibahas mengenai cara mempelajari ilmu-ilmu yang disebut diatas, agar dengan mempelajari ilmu-ilmu tersebut, mampu memberikan gambaran yang utuh mengenai islam sebagai suatu pemahaman.
3.       Islam Sebagai Pengamalan
       Jika ingin mempelajari Islam dari sudut pengamalan maka kita tdak mempergunakan sejarah umat Islam, tetapi harus dilihat secara utuh baik dari sumber ajaran dari pemahaman penganutnya dan juga dari realita kehidupan pemeluknya, jika Islam dipelajari dari pengamalan maka dapat diungkap dari bentuk ibadah yang ada dalam ajaran Islam. Ibadah dalam ajaran Islam bisa dikelompokkan dalam 2 bagian:
1)        Ibadah makhdoh : mencakup sholat, zakat, puas , haji
2)        Ibadah ghoiru makhdoh: menyangkut masalah-masalah muamalah

F.       Metodologi Pemahaman Islam di Indonesia
        Masyarakat Indonesia yang pluralistik dalam bidang agamanya sangat menunggu-nunggu hasil kajian-kajian keilmuan dan penelitian-penelitian dalam bidang agama serta pemikiran-pemikiran keagamaan yang bersifat positif-konstruktif untuk menopang keterlibtan bersama seluruh pengikut agama-agama di tanah air dalam membina dan memupuk Kerukunan hidup antar umat beragama.
       Posisi mayoritas umat Islam di Indonesia, dalam hubungannya dengan persoalan pluralitas agama, memang sangat unik. Pengalaman umat Islam Indonesia secara kolektif dalam hubungannya dengan penghayatan pluralitas agama ini juga tidak dapat dihayati oleh umt Islam Turki dengan menganut paham kenegaraan sekuler. Predikat “sekuler” disini memang tidak mempunnyai konotasi dengan pluralitas agama seperti yang dihayati oleh umat Islam Indonesia. Dengan memperhatikan kondisi obyektif masyarakat Indonesia yang begitu majemuk keberagamaannya serta politik di luar negeri, studi agama di Indonesia terasa sangat urgen dann mendesak untuk dikembangkan.
       Kerukunan umat beragama yang selama ini berjalan dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia memang sudah menjadi telaah, bahkan kekaguman, bagi para pengamat luar negeri. Kerukunan umat beragama di Indonesia telah berjalan wajar meskipun belum dilandasi dengan studi agama yang bersifat akademik-kritis. Di Indonesia kerukunan umat beragama tidak boleh dilepaskan dari peran pemerintah menciptakan situasi yang kondusif untuk kerukunan hidup beragama-bandingkan dengan program pemerintah. Dalam keberagamaan umat islam Indonesia ajaran-ajaran sedikit banyak telah kehilangan nilai kearabannya. Dengan demikian, menjadikan wajah islam Indonesia berbedadengan wajah islam di dunia manapun. Selain karena faktor kelonggaran atau keterbukaan, beberapa faktor lain juga turut mendukung tersebarnya islam secara luas dikalangan masyarakat di Indonesia. Menurut sejarawan, Tasawuf merupakan faktor paling dominan dalam keberhasilan penyebaran islam di Indonesia.

G.      Isu-Isu Kontemporer
1.        Pengertian
       Isu-isu global kontemporer adalah isu yang berkembang serta meluas setelah Perang Dingin berakhir pada era 1990-an. Pengertian mengenai isu-isu global kontemporer terkait erat dengan sifat dari isu-isu tersebut yang tidak lagi didominasi oleh hubungan Timur-Barat, seperti, ancaman perang nuklir, persaingan ideologi antara Demokrasi-Liberal dan Marxisme-Leninisme dan diplomasi krisis. Masyarakat internasional kini dihadapkan pada isu-isu global yang terkait dengan “Tatanan Dunia Baru” (New World Order). Isu-isu mengenai persoalan-persoalan kesejahteraan ini berhubungan dengan Human Security antara negara-negara maju (developed) dengan negara-negara berkembang (developing countries) serta masalah lingkungan.
       Berbeda dengan isu-isu global kontemporer yang berkembang setelah Perang Dingin berakhir, ancaman keamanan konvensional sebelumnya telah mendominasi isu-isu politik internasional selama era Perang Dingin dengan hanya berorientasi terhadap ancaman militer atau perluasan ideologis dari persaingan dua negara adidaya dalam sistem internasional. Persoalan-persoalan yang dikategorikan sebagai isu ancaman nonmiliter/nontradisional di antaranya adalah:
a.         Degradasi lingkungan,
b.        Kesejahteraan ekonomi,
c.         Organisasi kriminal transnasional,
d.        Migrasi penduduk.

2.        Contoh – Contoh Isu Kontemporer
a.         Fundalisme Islam
       Fundamentalisme adalah paham atau pemikiran yang berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas.  Secara etimologi fundamentalisme berasal dari kata fundamental yang berarti hal-hal yang mendasar atau asas-asas. Sebagai sebuah gerakan (komunitas) keagamaan, fundamentalis dipahami sebagai penganut gerakan keagamaan yang bersifat reaksioner, yang memiliki doktrin untuk kembali kepada ajaran agama yang asli seperti tersurat dalam kitab suci. Gagasan dan posisi umat beragama yang mengacu pada istilah “fundamentalisme” tampaknya masih perlu dielaborasi lebih jauh lagi.
       Fundamentalisme digunakan untuk menyebut gerakan keagamaan dalam berbagai karya tulis, telah menjadi istilah yang sangat popular dan bahkan controversial. Meskipun pada mulanya fundamentalisme menunjuk sebuah fenomena gerakan Kristen Protestan , namun sekarang istilah ini secara luas dipakai untuk menyebut gerakan yang terjadi dikalangan masyarakat  Islam, Katolik, (sunni, syiah), Yahudi, Hindu Budha dan Zoroaster.
b.        Islam dan HAM
       Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok manusia yang di bawa dari sejak lahir sebagai anugrah dari Tuhan yang Maha Esa, bukan pemberian manusia atau penguasa. Hak ini sifatnya sangat mendasar bagi hidup dan kehidupan manusia yang bersifat kodrati.
       HAM dalam Islam lebih dikenal dengan istilah huquq al-insan ad-dhoruriyyah dan huquq Allah. Dalam islam huquq al-insan ad-dhoruriyyah dan huquq Allah tidak dapat dipisahkan atau berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya keterkaitan satu dengan yang lainnya. Inilah yang membedakan konsep Barat tentang HAM dengan konsep Islam.
c.        Ahmadiyah
       Gerakan Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di India. Mirza lahir 15 Februari 1835 M. Dan meninggal 26 Mei 1906 M di india. Misi jemaat Ahmadiyah pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1925. Latar-belakangnya adalah sikap keingin-tahuan beberapa pemuda Indonesia yang berasal dari pesantren/madrasah Thawalib Padang Panjang Sumatra Barat.
       Thawalib yang beraliran modern berbeda dengan institusi-institusi Islam Ortodox pada masa itu. Misalnya para santrinya tidak hanya mendalami Bahasa Arab maupun Arab Melayu tetapi juga sudah diperkenankan membaca tulisan latin. Beberapa santrinya membaca di dalam sebuah surat-kabar tentang orang Inggris yang masuk Islam di London melalui seorang Da’i Islam berasal dari India Khwaja Kamaluddin. Hal ini sangat menarik perhatian mereka. dan inilah yang mendorong beberapa santri. Untuk mencari tokoh itu. Zaini Dahlan, Abu Bakar Ayyub, dan Ahmad Nuruddin adalah tiga orang Santri Thawalib yang berangkat. Mereka sampai di Lahore masa itu masih India kini masuk wilayah Pakistan pada tahun 1923.
       Pokok-pokok ajaran Ahmadiyah yang bertentangan dengan Islam. Berdasarkan Dalil Aqli
1)        Mirza Ghulam Ahmad mengakui dirinya Nabi dan Rosul utusan Tuhan. Dia mengaku dirinya menerima wahyu yang turunnya di india. kemudian wahyu-wahyu Itu dikumpulkan seluruhnya sehingga merupakan sebuah kitab suci dan mereka beri nama kitab suci Tadzkirah. Tadzkirah itu lebih besar dari pada kitab suci Al-Qur’an.
2)        Mereka meyakini bahwa kitab suci Tadzkirah sama sucinya dengan kitab suci Al-Qur’an karena sama-sama wahyu dari Allah.
3)        Wahyu tetap turun sampai hari kiamat begitu juga nabi dan rasul tetap diutus sampai hari kiamat juga.
4)        Mereka mempunyai tempat suci sendiri yaitu Qadian dan Rabwah.
5)        Mereka Mempunyai Surga Sendiri Yang Letaknya Di Qadian dan rabwah dan sertivikat kavling surga tersebut dijual kepada jamaahnya dengan harga yang sangat mahal.
6)        Wanita Ahmadiyah haram nikah dengan laki-laki yang bukan Ahmadiyah, tetapi lelaki Ahmadiyah boleh kawin dengan perempuan   yang bukan Ahmadiyah.
7)        Tidak boleh bermakmum dengan dibelakang imam yang buka Ahmadiyah.
8)        Ahmadiyah Mempunyai Tanggal, Bulan, Dan Tahun Sendiri, Yaitu
a)      Bulan,
b)      Tabligh
c)      Aman
d)     Syahadah
e)      Hijrah
f)       Ikhsan
g)      Wafa
h)      Zuhur
i)        Tabuk
j)        Ikha
k)      Nubuwah
l)        Fatah.
       Nama Tahun Mereka Adalah Hijri Syamsi (Disingkat Hs). Ajaran mereka menganggap kita (yang bukan pengikut ahmadiyyah  itu kafir. Makanya hal itulah yang bertentangan dengan akidah islam yang benar.





BAB III
KESIMPULAN

Menurut bahasa (etimologi), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta (sepanjang), hodos (jalan). Jadi, metode adalah suatu ilmu tentang cara atau langkah-langkah yang di tempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
      Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang memberi uraian, penjelasan, dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam penyelidikan keilmuan. Hugo F. Reading mengatakan bahwa metode adalah kelogisan penelitan ilmiah, sistem tentang prosedur dan teknik riset.
Pendektan antropologi sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karna dalam ajaran agama terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan lewat bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya.
Sejarah atau histories adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut.
       Islam dapat diterima dari segala aspek bidang ilmu pengetahuan, baik secara ilmu agama yang menitik beratkan pada ajaran agama, maupun secara ilmu lainnya yang mengembangkan segala aspek pengetahuan. Ini karena hasil akhirnya bertemu pada titik isi dari al-Qur’an. Ini menandakan bahwa keterkaitan islam sebagi sumber ilmu dalam semua bidang bisa terlihat dengan adanya     studi islam sebagai objek studi
       Studi islam sendiri sangat penting untuk dilakukan, karena agama islam merupakan agama yang mayoritas di anut oleh sebagian besar penduduk di dunia. Dengan adanya studi islam ini diharapkan dapat melahirkan suatu komunitas yang mampu melakukan perbaikan secara ekstern dan intern.



DAFTAR PUSTAKA

-        Pios A Partanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiyah Populer, (Surabaya : Arkola, 1994)

-        Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005)

-        Abd. Al-Wahab al-Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh,  (Jakarta: Al-Majelis al-‘Ala al-Indonesia li al-Da’wah al-Islamiyah,1972)

-        Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid 1, hlm. 24.

-        Khoiruddin Nasution, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Tazzafa, 2009).

-        Peter Conolly,  Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: Lkis, 2002)

-        Tadris Kimia, Metodologi Studi Islam, (Semarang : Takimia Production, 2010)

-        Abbudin  nata, Metode Studi Islam,( Jakarta: Raja grafindo persada 2004)



       [1] Pios A partanto M. dahlan al barry, Kamus Ilmiyah Populer, (Surabaya : Arkola, 1994), hlm.462.
       [2].  Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005),  hlm. 2.

       [3] Abd. Al-Wahab al-Khallaf, Ilmu Ushul al-Fiqh,  (Jakarta: Al-Majelis al-‘Ala al-Indonesia li al-Da’wah al-Islamiyah,1972), cet. IX, hlm. 23.

       [4] Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, jilid 1, hlm. 24.
       [5] Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution,MA, Pengantar Studi Islam, (Yogyakarta: Tazzafa, 2009), hlm. 230-232.

       [6] Peter Conolly,  Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: Lkis, 2002), hlm. 283.
       [7] Tadris Kimia, Metodologi Studi Islam, (Semarang : Takimia Production, 2010), hlm. 96.
       [8] Abbudin  nata, Metode Studi Islam,( Jakarta: Raja grafindo persada 2004) hlm.391.

1 komentar: