Jumat, 20 Januari 2017

MAKALAH ILMU AKHLAK “ Akhlak Kepada Allah SWT “



BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG MASALAH
        Al-Fairuzzabadi berkata “Agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang siapa memiliki akhlak mulia, kualitas agamanya pun mulia. Agama diletakkan atas empat landasan utama yaitu kesabaran, memelihara diri, keberanian, dan keadilan.”
Akhlak merupakan media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara Tuhan sebagai Khaliq dan manusia sebagai makhluk. Akhlak seseorang memberikan gambaran tentang bentuk kepribadian seseorang tersebut tanpa dibuat-buat atau tanpa ada dorongan dari luar.
        Akhlak sendiri terbagi menjadi akhlak yang terpuji (akhlak mahmudah ) dan akhlak tercela ( akhlak madzmumah ). Akhlak terpuji diantaranya adalah akhlak terhadap Allah swt., akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap keluarga, dan akhlak terhadap lingkungan sekitar.
        Di dalam makalah ini hanya akan dijelaskan mengenai akhlak terpuji yaitu akhlak terhadap Allah swt. Betapa penting pembahasan akhlak kepada Allah swt., ini dikarenakan kepada siapa lagi akhlak yang pertama harus dibentuk manusia sebagai makhluk jika bukan kepada Allah swt., sebagai Khalik-nya.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.         Apa pengertian dari akhlak kepada Allah SWT itu ?
2.         Kenapa manusia harus berakhlak kepada Allah SWT?
3.         Apa saja bentuk akhlak kepada Allah SWT itu?














BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN AKHLAK KEPADA ALLAH SWT
        Menurut Kahar Masyhur, akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Allah SWT sebagai khalik. 
        Manusia seharusnya berbuat baik pertama kali kepada Allah SWT, karena Allah SWT-lah yang menciptakan manusia, yang member rizki, yang mengaruniakan kesehatan, yang memberi panca indera lengkap, yang memberi perlindungan, yang mengabulkan permohonan serta karunia-karunia lain yang mustahil manusia dapat menghitungnya.

B.       ALASAN MANUSIA BERAKHLAK KEPADA ALLAH SWT
1.         Allah-lah yang menciptakan manusia
Allah-lah yang menciptakan manusia seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya yaitu QS. At-Tariq ayat 5-7 yang artinya ;
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan?, Dia tercipta dari air yang terpancar, yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada.”
2.         Karena Allah SWT telah memberikan manusia perlengkapan panca indera yang sempurna berupa penglihatan, pendengaran, akal pikiran dan hati sanubari disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna. Seperti firman-Nya dalam Q.S. an-Nahl ayat; 78 yang artinya :
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur.”
3.         Karena Allah SWT telah menyediakan berbagai bahan dan saranan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia. Seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lain-lain. Seperti firman Allah SWT dalam surat al-Jatsiyah ayat 12 yang artinya :
“Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan izin-Nya, agar kamu dapat mencari sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.”
4.         Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan dan lautan. Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam surat Al-Isyraa’ ayat 70 yang artinya :
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak cucu Adam, kami angkut mereka dari daratan dan lautan. Kami beri mereka rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
C.      BENTUK AKHLAK KEPADA ALLAH SWT
1.         Menauhidkan Allah SWT
Tauhid adalah pengakuan bahwa Allah SWT satu-satunya yang memiliki sifat rububiyyah dan uluhiyyah, serta kesempurnaan nama dan sifat. Tauhid dibagi dalam tiga bagian yakni:
a)        Tauhid Rububiyyah, yaitu meyakini bahwa Allah SWT satu-satunya yang menciptakan alam semesta ini, yang memilikinya, yang mengaturnya. Dengan kata lain Allah SWT adalah penguasa atas alam semesta beserta isinya.
b)        Tauhid Uluhiyyah, yaitu mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya yang disembah.
c)        Tauhid Asma dan Sifat,

2.         Taqwa
Taqwa diartikan sebagai sikap memelihara diri dari siksaan Allah SWT dengan mengikuti perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Orang yang bertaqwa disebut Muttaqin. Orang yang bertaqwa melakukan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya atas dasar bahwa Allah SWT tidak memerintahkan kecuali yang baik untuk manusia, dan tidak melarang kecuali yang memberi mudharat kepada manusia.
Hakikat Taqwa
Hakikat taqwa adalah memadukan secara integral aspek Iman, Islam, dan Ihsan dalam diri seseorang. Dengan kata lain, orang yang bertaqwa adalah orang yang dalam waktu bersamaan menjadi Mukmin, Muslim dan Muhsin.
Buah dari Taqwa
a)        Mendapat sikap furqan, sikap tegas membedakan yang hak dan yang batil.
b)        Mendaptkan limpahan berkah dari langit dan bumi
c)        Mendapat jalan keluar dari kesulitan
d)       Mendapat kelancaran rizki
e)        Mendapat kemudahan dalam urusannya
f)         Menerima penghapusan dan mengampunan dosa serta mendapat pahala yang besar.

3.         Cinta dan Ridha
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan kasih saying.
Bagi seorang muslim, cinta pertama dan utama adalah harus diberikan kepada Allah SWT. Karena ia menyadari bahwa Allah SWT lah yang menciptakan alam semesta beserta isinya, mengelola dan memeliharanya. Menyediakan nikmat kepada orang-orang yang beriman hingga Hari Akhir nanti.
Sejalan dengan iman, seorang muslim juga harus bersikap ridha dengan segala peraturan dan keputusan dari Allah SWT. Artinyna dia harus dapat menerima dengan sepenuh hati, tanpa penolakan sedikitpun segala sesuatu yang datang dari Allah SWT dan Rasul-Nya baik berupa perintah, larangan atau petunjuk lainnya.

4.         Khauf dan Raja’
Khauf dan Raja’ adalah sepasang ikatan batin yang harus dimiliki seorang muslim dengan seimbang.
Khauf adalah kegalauan hati membayangkan sesuatu yang tidak disukai yang akan menimpanya, atau membayangkan hilangnya sesuatu yang disukainya. Khauf didahulukan dari Raja’ karena dari bab takhaliyyah (mengosongkan hati dari segala sifat jelek) sedang Raja’ dari bab tahaliyyah (menghiasi dengan hal-hal yang baik).
Dampak positif dari khauf
a)        Melahirkan keberanian menyatakan kebenaran dan memberantas kemungkaran tanpa rasa takut pada makhluk yang menghambatnya.
b)        Menyadarkan manusia untuk tidak melakukan kemaksiaan dan hal-hal yang diharamkan Allah SWT.

Raja’ atau harap adalah memautkan hati pada sesuatu yang disukai pada masa yang akan datang. Bila beribadah dan beramal, dia penuh harap ibadah dan semua amalannya akan diterima dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Bila berbuat maksiat, kemudian menyadarinya, dia segera minta ampun dengan dan penuh harap Allah SWT akan mengampuninya.
Khauf dan Raja’ harus berjalan seiringan dan seimbang. Jika hanya membayangkan azab Allah SWT saja maka akan timbul putus asa untuk dapat masuk surga, sebaliknya jika hanya membayangkan rahmat Allah SWT saja semua akan bisa masuk surga.

5.         Berbaik Sangka (husnu zhann)
Berbaik sangka terhadap keputusan Allah SWT merupakan akhlak terpuji, seperti sebuah hadits “janganlah salah seorang di antara kalian meninggal, melainkan ia berbaik sangka terhadap Rabbnya.” (H.R. Muslim)\

6.         Zikrullah (mengingat Allah)
Mengingat Allah SWT adalah asas dari setiap ibadah, karena merupakan pertanda hubungan antara hamba dan Pencipta pada setiap saat dan tempat.

7.         Tawakal
Tawakal adalah membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah SWT dan menyerahkan segala sesuatunya kepada-Nya. Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha yang maksimal (ikhtiar).
Islam memerintahkan kepada umatnya untuk mengikuti sunnatullah tentang hokum sebab akibat. Artinya bahwa usaha harus selalu dilakukan terlebih dahulu setelah itu hasil diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Usaha tanpa pertolongan Allah SWT adalah sia-sia. Oleh sebab itu seorang Muslim tidak menggantungkan diri sepenuhnya kepada ikhtiar.

Hikmah Tawakal
Pertama, sikap tawakal sangat bermanfaat sekali untuk mendapatkan ketenangan batin. Orang yang berusaha  dengan sungguh-sungguh dengan perencanaan yang matang ternyata masih berhasil, dia tidak akan berputus asa dan menganggapnya sebagai musibah. Sebaliknya, jika berhasil maka ia akan bersyukur dan tidak sombong karena meyakini semua itu hanya dating dari Allah SWT.
Kedua, tawakal memberikan rasa kepercayaan diri kepada seseorang untuk menghadapi masa depan. Yang penting berusaha sekuat tenaga, dan menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah SWT.

8.         Syukur
Syukur ialah memuji si pemberi nikmat atau kebaikan yang telah dilakukannya. Syukur seorang hamba terdiri atas tiga hal yaitu: mengakui nikmat di dalam batin, membicarakannya secara lahir, dan menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

9.         Muraqabah
Yang dimaksud muraqabah adalah kesadaran seorang Muslim bahwa ia selalu dalam pengawasan Allah SWT. Kesadaran itu lahir dari keimanan bahwa Allah SWT dengan sifat ilmu, bashar dan sama’ (mengerti, melihat dan mendengar) mengetahui apa saja yang dilakukan manusia kapan dan dimana saja. Allah SWT jg mengerti apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh manusia.

Muhasabah
Kesadaran akan pengawasan Allah SWT akan mendorong seorang Muslim untuk melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap amal perbuatan, tingkah laku dan sikap hatinya sendiri. Dalam hal ini muraqabah berfungsi sebagai jalan menuju muhasabah.
Manfaat Muhasabah
a)        Untuk mengetahui kelemahan diri agar dapat memperbaikinya
b)        Untuk mengetahui hak Allah SWT
c)        Untuk mengurangi beban hisab esok hari.

10.     Taubat
Taubat berakar dari kata taba yang berarti kembali. Jadi taubat adalah kembalinya seseorang dari sifat-sifat tercela menjadi sifat-sifat terpuji, kembali dari perbuatan maksiat menjadi perbuatan yang taat, kembali dari yang di benci Allah SWt ke sesuatu yang di ridhai Allah SWT.

Dimensi Taubat
Taubat seseorang dikatakan sempurna jika memenuhi sebagai berikut:
a)        Menyadari kesalahan
b)        Menyesali kesalahan
c)        Memohon ampun kepada Allah SWT
d)       Berjanji untuk tidak mengulanginya



















BAB III
KESIMPULAN

        Dari uraian di atas maka dapat dipahami bahwa akhlak terhadap Allah SWT adalah akhlak yang pertama dan utama. Hal ini dikarenakan Allah SWT merupakan pencipta alam semesta beserta isinya termasuk juga manusia. Selain itu juga karena Allah SWT telah menjadikan manusia sebagai makhluk yang sempurna dengan kelebihan-kelebihannya serta Allah juga yang member rizki demi kelangsungan hidup umat manusia.
        Bentuk-bentuk akhlak kepada Allah SWT adalah Menauhidkan Allah SWT, taqwa, cinta dan ridha, khauf dan raja’, berbaik sangka (husnu zhann), zikrullah (mengingat allah), tawakal, syukur, muraqabah, dan taubat.



























DAFTAR PUSTAKA

-    Anwar Rasihun, 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia
-    http:// blog.umy.ac.id/Akhlak_kepada_Allah/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar