Pada Abad Pertengahan kekuatan akal telah kalah total dari iman ( hati ) dan terjadi pemusnahan orang-orang yang berfikir kreatif, karena pemikirannya berlawanan dengan pemikiran tokoh Gereja. Walau demikian ada tokoh yang berani melawan arus tersebut, ia adalah Rene Descartes. Descartes mengemukakan argumen-argumen dengan tujuan melepaskan filsafat dari kekangan Gereja. Argumentnya yang terkenal adalah cogito ergo sum ( Aku berpikir maka aku ada ).
Terjadinya
kekacauan pemikira pada zaman modern disebabkan karena akal yang lepas kendali.
Seperti halnya filsafat Voltaire yang merumuskan terpisahnya rasio dan iman. Ia
berpegang pada rasio terlepas dari agama dan agama terlepas dari rasio. Francis
Bacon yang mengatakan sains dan logika mampu menyelesaikan masalah. Spinoza
mengantakan bahwa alam semesta ini laksana suatu system matematika. Bahkan
pemikir-pemikir Prancis mendramatisir keadaan sehingga akal telah dituhankan.
Mereka mengartikan pengetahuan sebagai sesuatu yang dibawa sejak lahir, yang
ada sebelum terjadi pengalaman.
Untuk
lebih mengerti mengenai pemikiran-pemikiran pada Zaman Modern ini perlu dikaji
suasana pemikiran yang berkembang pada saat itu.
A.
RENAISSANCE
Ini istilah bahasa prancis. Dalam bahasa
latin, re+nasci berarti lahir
kembali. Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan untuk menunjuk berbagai
priode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi
dieropa,dan lebih khusus lagi di Italia sepanjang abad ke15 dan ke 16 istilah
ini mula-mula digunakan oleh seorang sejarawan yang terkenal Michelet dan,
dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk
kepada periode yang bersifat individualisme kebangkitan budaya yang antik
penemuan dunai dan manusia sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad
pertengahan. Karya filsapat pada abad ini sering disebut filsafat renaissance.
Zaman ini juga disebut jaman humanisme. Maksud ungkapan ini adalah manusia diangkat dari abad pertengahan pada abad pertengahan itu manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia.
Zaman ini juga disebut jaman humanisme. Maksud ungkapan ini adalah manusia diangkat dari abad pertengahan pada abad pertengahan itu manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia.
Humanisme menghendaki ukuran haruslah
manusia karena menusia mempunyai kemampuan berpikir, maka humanisme menganggap
manusia mampu mengatur dirinya dan dunia, jadi ciri utama renaissance adalah humanisme, individualisme, lepas dari agama,
empirisme dan rasionalisme, hasil yang diperoleh dari watak itu ialah
pengetahuan rasional berkembang.
Jadi, zaman modern filsafat didahului
oleh jaman renaissance. Sebenarnya
secara esensial zaman renaissance itu
dalam filsafat tidak berbeda dari jaman modern, ciri-ciri filsafat renaissance ada pada ciri filsafat
modern, cirri itu antara lain adalah menghiduplan kembali rasionalisme Yunani,
individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain.
B.
RASIONALISME
(DESCARTES-SPINOZA-LEIBNIZ)
Rasionalisme
adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting dalam
memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan
bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka
rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Alat
dalam berpikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika.
Rasionalisme
ada dua macam : dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat, dalam bidang
agama rasionalisme adalah lawan autoritas, dalam bidang filsafat rasionalisme
adalah lawan empirisme
Rasionalisme
dalam bidang agama biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama, Rasionalisme dalam bidang filsafat
terutama berguna sebagai teori pengetahuan. Sebagai lawan empirisme, Rasionalisme berpendapat bahwa sebagian
dan bagian penting pengetahuan datang dari penemuan akal.
Zaman modern dalam sejarah filsafat
biasanya dimulai oleh filsafat Descartes. Kata modern disini hanya digunakan
untuk menunjukan suatu filsafat yang mempunyai corak yang amat berbeda, bahkan
berlawanan, dengan corak filsafat pada abad pertengahan. Corak utama filsafat
modern yang dimaksud disini ialah dianutnya kembali rasionalisme seperti pada
masa yunani kuno.
a)
Descartes
Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal
pada tahun 1650. Ia mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh gereja
bahwa dasar filsafat haruslah rasio. Untuk meyakinkan orang bahwa dasar
filsafat haruslah akal, ia menyusun argumentasinya dalam sebuah metode yang
sering disebut cogito Descartes, atau metode cogito saja.
Metode tersebut dikenal juga dengan metode keraguan Descartes (Cartesian
Doubt). Tujuan metode ini bukanlah untuk mempertahankan keraguan
sebaliknya metode ini bergerak dari keraguan menuju kepastian. Keraguan
Descartes hanya ditujukan untuk menjelaskan perbedaan sesuatu yang dapat
diragukan dari sesuatu yang tidak dapat diragukan. Yang akhirnya mengantarkan
pada premisnya Cogito Ergo Sum (aku berpikir maka aku ada).
Dalam metode ini Descartes menemukan
fondasi bagi filsafatnya yaitu aku yang
berfikir. Disini kelihatan sifat subyektif, individualistis, humanis.
Inilah titik awal kemenangan akal atas
iman pada zaman modern. Ia merupakan reaksi keras terhadap dominasi iman, pada
abad pertengahan. Cara ini kemudian diikuti oleh filosof-filosof zaman itu,
dalam waktu yang relative singkat banyak sekali pemikir yang muncul dalam
presentse ini yang jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan filosof abad
pertengahan. Akal telah menang terhadap dominasi iman.
a)
Spinoza
Baruch de Spinoza lahir di kota Amsterdam pada tanggal 24 November 1632 dan meninggal dunia pada
21 Februari 1977. Pemikiran Spinoza yang terkenal adalah ajaran mengenai
Substansi tunggal Allah atau alam. Hal ini ia katakan karena baginya Tuhan dan alam semesta adalah satu
dan Tuhan juga mempunyai bentuk yaitu seluruh alam jasmaniah. Oleh karena pemikirannya ini, Spinoza pun
disebut sebagai penganut panteisme-monistik.
Pandangan
Spinoza mengenai substansi tunggal merupakan tanggapannya atas pemikiran
Descartes tentang masalah substansi dan hubungan antara jiwa dan tubuh. Substansi
dipahami sebagai sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri dan dipikirkan oleh
dirinya sendiri, artinya sesuatu yang konsepnya tidak membutuhkan konsep lain
untuk membentuknya. Menurut Spinoza, sifat substansi adalah abadi, tidak
terbatas, mutlak, dan tunggal-utuh. Bagi Spinoza, hanya ada satu yang dapat
memenuhi definisi ini yaitu Allah. Hal ini berarti semua
gejala pluralitas dalam alam baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat
rohaniah tergantung sepenuhnya dan mutlak pada Allah. Dengan kata lain, alam
dan segala isinya adalah identik dengan Allah secara prinsipil.
b)
Leibniz
Gottfried Wilhem
Leibniz lahir pada tanggal
1 Juli 1646 dan meninggal pada 14 November 1716 adalah seorang filsuf Jerman keturunan Serbia dan berasal dari Sachsen. Selain seorang filsuf, ia adalah ilmuwan, matematikawan, diplomat, ahli fisika, sejarawan dan
doktor dalam hukum duniawi dan hukum gereja.
Salah satu pemikiran Gottfried Wilhelm
Liebniz ialah tentang subtansi. Menurutnya ada banyak substansi yang disebut
dengan monad (monos= satu; monad= satu unit) jika dalam matematika yang
terkecil adalah titik, dan dalam fisika disebut dengan atom, maka dalam
metafisika disebut dengan monad. Setiap monad berbeda satu dari yang lain dan
Tuhan (Supermonad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta) adalah pencipta
monad-monad itu.
Leibniz mendefinisikan monade sebagai
atom-atom sejati dari alam dan hanya apabila monade tersebut ada dalam
“jasad-jasad organic”, maka monade-monade itu akan menjadi “prinsip kehidupan”.
Dengan monad ini Leibniz memecahkan kesulitan mengenai hubungan antara jiwa dan
tubuh. Jiwa merupakan suatu monad dan tubuh terdiri dari banyak monade.
Argumen
Leibniz Tentang Bukti Adanya Tuhan
Lribniz berusaha membuktikan keberadaan
Tuhan dengan empat Argumen. Pertama,
ia mengatakan bahwa manusia memiliki ide kesempurnaan, maka adanya Tuhan
terbukti. Bukti ini disebut dengan ontologism. Kedua, ia berpendapat adanya alam semesta dan tidak lengkapnya
membuktikan adanya sesuatu yang melebihi alam semesta ini, dan yang transenden
ini disebut dengan Tuhan. Ketiga, ia
berpendapat bahwa kita selalu ingin mencapai kebenaran abadi, yaitu “Tuhan”. Keempat, Leibniz mengatakan bahwa adanya
keselarasan antara monade-monade membuktikan bahwa pada awal mula ada yang
mencocokan mereka satu sama lain, yang mencocokkan itu adalah Tuhan.
Tuhan atau subtansi tidak terbatas,
dipahami dengan berfikir secara hati-hati sebab ia adalah alam rasional. Tuhan
memiliki kekuatan kreatif, sehingga dalam pandangan Leibniz bahwa monad
bergerak menyusun dunia, yang telah diprogramkan kedalam diri mahluk pada saat
penciptaan.Leibniz menyakini,
bahwa alam semesta dikuasai oleh akal, dan Tuhan telah menciptakan bumi sebagai
dunia yang terbaik diantara segala dunia. Hubungan akal dengan wahyu menurut
Leibniz adalah wahyu itu dinyatakan dengan injil, dan akal merupakan karunia
Tuhan maka keduanya harus diserasikan. Sesudah menciptakan dunia, Tuhan tidak
perlu memperhatikan lagi, Ia sudah menyusun sebelumnya semua gerak sehingga
alam semesta untuk selamanya akan berjalan secara selaras. Maka tidak ada
campur Tuhan dalam jalannya dunia, baik secara biasa maupun secara luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar