Senin, 16 April 2012

AKAL DAN HATI MADA ZAMAN MODERN


            Pada Abad Pertengahan kekuatan akal telah kalah total dari iman ( hati ) dan terjadi pemusnahan orang-orang yang berfikir kreatif, karena pemikirannya berlawanan dengan pemikiran tokoh Gereja. Walau demikian ada tokoh yang berani melawan arus tersebut, ia adalah Rene Descartes. Descartes mengemukakan argumen-argumen dengan tujuan melepaskan filsafat dari kekangan Gereja. Argumentnya yang terkenal adalah cogito ergo sum ( Aku berpikir maka aku ada ).
Terjadinya kekacauan pemikira pada zaman modern disebabkan karena akal yang lepas kendali. Seperti halnya filsafat Voltaire yang merumuskan terpisahnya rasio dan iman. Ia berpegang pada rasio terlepas dari agama dan agama terlepas dari rasio. Francis Bacon yang mengatakan sains dan logika mampu menyelesaikan masalah. Spinoza mengantakan bahwa alam semesta ini laksana suatu system matematika. Bahkan pemikir-pemikir Prancis mendramatisir keadaan sehingga akal telah dituhankan. Mereka mengartikan pengetahuan sebagai sesuatu yang dibawa sejak lahir, yang ada sebelum terjadi pengalaman.
Untuk lebih mengerti mengenai pemikiran-pemikiran pada Zaman Modern ini perlu dikaji suasana pemikiran yang berkembang pada saat itu.

A.    RENAISSANCE
Ini istilah bahasa prancis. Dalam bahasa latin, re+nasci berarti lahir kembali. Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan untuk menunjuk berbagai priode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi dieropa,dan lebih khusus lagi di Italia sepanjang abad ke15 dan ke 16 istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang sejarawan yang terkenal Michelet dan, dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme kebangkitan budaya yang antik penemuan dunai dan manusia sebagai periode yang dilawankan dengan periode abad pertengahan. Karya filsapat pada abad ini sering disebut filsafat renaissance.
Zaman ini juga disebut jaman humanisme. Maksud ungkapan ini adalah manusia diangkat dari abad pertengahan pada abad pertengahan itu manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia.
Humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia karena menusia mempunyai kemampuan berpikir, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan dunia, jadi ciri utama renaissance adalah humanisme, individualisme, lepas dari agama, empirisme dan rasionalisme, hasil yang diperoleh dari watak itu ialah pengetahuan rasional berkembang.
Jadi, zaman modern filsafat didahului oleh jaman renaissance. Sebenarnya secara esensial zaman renaissance itu dalam filsafat tidak berbeda dari jaman modern, ciri-ciri filsafat renaissance ada pada ciri filsafat modern, cirri itu antara lain adalah menghiduplan kembali rasionalisme Yunani, individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain.

B.     RASIONALISME (DESCARTES-SPINOZA-LEIBNIZ)
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berfikir. Alat dalam berpikir itu ialah kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika.
Rasionalisme ada dua macam : dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat, dalam bidang agama rasionalisme adalah lawan autoritas, dalam bidang filsafat rasionalisme adalah lawan empirisme
Rasionalisme dalam bidang agama biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama, Rasionalisme dalam bidang filsafat terutama berguna sebagai teori pengetahuan. Sebagai lawan empirisme, Rasionalisme berpendapat bahwa sebagian dan bagian penting pengetahuan datang dari penemuan akal.
Zaman modern dalam sejarah filsafat biasanya dimulai oleh filsafat Descartes. Kata modern disini hanya digunakan untuk menunjukan suatu filsafat yang mempunyai corak yang amat berbeda, bahkan berlawanan, dengan corak filsafat pada abad pertengahan. Corak utama filsafat modern yang dimaksud disini ialah dianutnya kembali rasionalisme seperti pada masa yunani kuno.

a)      Descartes
Descartes lahir pada tahun 1596 dan meninggal pada tahun 1650. Ia mengetahui bahwa tidak mudah meyakinkan tokoh-tokoh gereja bahwa dasar filsafat haruslah rasio. Untuk meyakinkan orang bahwa dasar filsafat haruslah akal, ia menyusun argumentasinya dalam sebuah metode yang sering disebut cogito Descartes, atau metode cogito saja. Metode tersebut dikenal juga dengan metode keraguan Descartes (Cartesian Doubt). Tujuan metode ini bukanlah untuk mempertahankan keraguan sebaliknya metode ini bergerak dari keraguan menuju kepastian. Keraguan Descartes hanya ditujukan untuk menjelaskan perbedaan sesuatu yang dapat diragukan dari sesuatu yang tidak dapat diragukan. Yang akhirnya mengantarkan pada premisnya Cogito Ergo Sum (aku berpikir maka aku ada).
Dalam metode ini Descartes menemukan fondasi bagi filsafatnya yaitu aku yang berfikir. Disini kelihatan sifat subyektif, individualistis, humanis.
Inilah titik awal kemenangan akal atas iman pada zaman modern. Ia merupakan reaksi keras terhadap dominasi iman, pada abad pertengahan. Cara ini kemudian diikuti oleh filosof-filosof zaman itu, dalam waktu yang relative singkat banyak sekali pemikir yang muncul dalam presentse ini yang jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan filosof abad pertengahan. Akal telah menang terhadap dominasi iman.

a)      Spinoza
Baruch de Spinoza lahir di kota Amsterdam pada tanggal 24 November 1632 dan meninggal dunia pada 21 Februari 1977. Pemikiran Spinoza yang terkenal adalah ajaran mengenai Substansi tunggal Allah atau alam. Hal ini ia katakan karena baginya Tuhan dan alam semesta adalah satu dan Tuhan juga mempunyai bentuk yaitu seluruh alam jasmaniah. Oleh karena pemikirannya ini, Spinoza pun disebut sebagai penganut panteisme-monistik.  
Pandangan Spinoza mengenai substansi tunggal merupakan tanggapannya atas pemikiran Descartes tentang masalah substansi dan hubungan antara jiwa dan tubuh. Substansi dipahami sebagai sesuatu yang ada dalam dirinya sendiri dan dipikirkan oleh dirinya sendiri, artinya sesuatu yang konsepnya tidak membutuhkan konsep lain untuk membentuknya. Menurut Spinoza, sifat substansi adalah abadi, tidak terbatas, mutlak, dan tunggal-utuh. Bagi Spinoza, hanya ada satu yang dapat memenuhi definisi ini yaitu Allah. Hal ini berarti semua gejala pluralitas dalam alam baik yang bersifat jasmaniah maupun yang bersifat rohaniah tergantung sepenuhnya dan mutlak pada Allah. Dengan kata lain, alam dan segala isinya adalah identik dengan Allah secara prinsipil.

b)      Leibniz
Gottfried Wilhem Leibniz lahir pada tanggal 1 Juli 1646 dan meninggal pada 14 November 1716 adalah seorang filsuf Jerman keturunan Serbia dan berasal dari Sachsen. Selain seorang filsuf, ia adalah ilmuwan, matematikawan, diplomat, ahli fisika, sejarawan dan doktor dalam hukum duniawi dan hukum gereja.
Salah satu pemikiran Gottfried Wilhelm Liebniz ialah tentang subtansi. Menurutnya ada banyak substansi yang disebut dengan monad (monos= satu; monad= satu unit) jika dalam matematika yang terkecil adalah titik, dan dalam fisika disebut dengan atom, maka dalam metafisika disebut dengan monad. Setiap monad berbeda satu dari yang lain dan Tuhan (Supermonad dan satu-satunya monad yang tidak dicipta) adalah pencipta monad-monad itu.
Leibniz mendefinisikan monade sebagai atom-atom sejati dari alam dan hanya apabila monade tersebut ada dalam “jasad-jasad organic”, maka monade-monade itu akan menjadi “prinsip kehidupan”. Dengan monad ini Leibniz memecahkan kesulitan mengenai hubungan antara jiwa dan tubuh. Jiwa merupakan suatu monad dan tubuh terdiri dari banyak monade.

Argumen Leibniz Tentang Bukti Adanya Tuhan
Lribniz berusaha membuktikan keberadaan Tuhan dengan empat Argumen. Pertama, ia mengatakan bahwa manusia memiliki ide kesempurnaan, maka adanya Tuhan terbukti. Bukti ini disebut dengan ontologism. Kedua, ia berpendapat adanya alam semesta dan tidak lengkapnya membuktikan adanya sesuatu yang melebihi alam semesta ini, dan yang transenden ini disebut dengan Tuhan. Ketiga, ia berpendapat bahwa kita selalu ingin mencapai kebenaran abadi, yaitu “Tuhan”. Keempat, Leibniz mengatakan bahwa adanya keselarasan antara monade-monade membuktikan bahwa pada awal mula ada yang mencocokan mereka satu sama lain, yang mencocokkan itu adalah Tuhan.
Tuhan atau subtansi tidak terbatas, dipahami dengan berfikir secara hati-hati sebab ia adalah alam rasional. Tuhan memiliki kekuatan kreatif, sehingga dalam pandangan Leibniz bahwa monad bergerak menyusun dunia, yang telah diprogramkan kedalam diri mahluk pada saat penciptaan.Leibniz menyakini, bahwa alam semesta dikuasai oleh akal, dan Tuhan telah menciptakan bumi   sebagai dunia yang terbaik diantara segala dunia. Hubungan akal dengan wahyu menurut Leibniz adalah wahyu itu dinyatakan dengan injil, dan akal merupakan karunia Tuhan maka keduanya harus diserasikan. Sesudah menciptakan dunia, Tuhan tidak perlu memperhatikan lagi, Ia sudah menyusun sebelumnya semua gerak sehingga alam semesta untuk selamanya akan berjalan secara selaras. Maka tidak ada campur Tuhan dalam jalannya dunia, baik secara biasa maupun secara luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar