Demonstrasi,
atau lebih popular disebut DEMO!!! Banyak opini yang berkembang di
tengah-tengah masyarakat menanggapi sebuah aksi demo, khususnya yang terjadi
akhir-akhir ini menyikapi rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Ada
yang pro dan ada juga yang kontra, itu sah-sah saja karena kita hidup di negeri
yang katanya menganut sistem demokrasi dimana kebebasan berpendapat dijamin
disini. Betulkah ?
Yang
terlintas di benak orang-orang, aksi demo adalah seperti apa yang mereka lihat
di TV, baku hantam, pengrusakan dan kadang penjarahan. Wajar jika mereka
mengatakan demo itu meresahkan. Tapi buat diriku demo itu sebuah seni, seni
menyalurkan aspirasi kepada pemerintah. Aku setuju dengan teman-teman aktivis,
mereka mengatakan bahwa demo itu kita ingin menunjukkan sikap bahwa kita
menolak kebijakan pemerintah (kenaikan BBM), “BBM jadi naik atau tidak itu
menjadi urusan kedua”. Lantas timbul pertanyaan, kenapa tidak pakai surat saja?
Ingat aksi bakar diri yang dilakukan seorang aktivis beberapa waktu yang lalu ?
Usut punya usut ternyata dia sudah mengirim surat kepada presiden sebanyak 1000
surat, dan semua tak ada jawaban sama sekali. Jadi bakar diri merupakan bentuk
kekecewaan terhadap pemerintah, yang jelas-jelas tak perduli dengan rakyatnya.
Mereka sibuk menutupi aib-aib mereka yang tersandung kasus-kasus korupsi. ( Jangan-jangan
isu kenaikan BBM itu hanya sebuah pengalihan perhatian public terhadap
kasus-kasus korupsi yang melibatkan pejabat-pejabat negara atau para wakil
akyat, dengan isu kenaikan BBM ini
memberi waktu jeda kepada mereka untuk menyusun strategi agar terlepas
dari jeratan hukum). Bajingan tengik!
Demonstrasi
yang dilakukan oleh aktivis dari mahasiswa, dinilai oleh banyak kalangan sebagai
gerakan murni menyerukan aspirasi rakyat. Karena mahasiswa tidak terikat pada
parpol manapun jadi tidak ada unsur kepentingan politik walau sejatinya aksi
demo merupakan sikap politik pula. Tidak bisa dipungkiri bahwa lengsernya dua
kekuasaan tiran (Soekarno dan Soeharto) juga karena gerakan mahasiswa. Walau
demikian, gerakan murni ini sangat rentan di tunggangi oleh
kepentingan-kepentingan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Demonstrasi
bukan masalah iman dan nggak iman, kalo masalahnya iman dan nggak iman tidak
perlu ada APBN donk! Demonstrasi adalah konsekwensi logis di negeri yang
menganut paham demokrasi, walau ala barat sekalipun. Jika pemerintahannya sudah
tidak berpihak pada rakyat, maka harus ada yang menyerukan bahwa rakyat tidak
setuju dengan kebijakan pemimpinnya. Saya yakin, rakyat kecil yang merasakan
langsung dampak kenaikan BBM itu jika mereka tahu caranya pasti mereka juga
akan bilang ketidak setujuannya. Tapi dengan segala keterbatasan mereka
akhirnya pasrah dengan berkata “nggeh monggo mawon”. Itu tentunya yang
membuat hati kami (para aktivis mahasiswa) miris dan tak bisa menerimanya dan
harus ada langkah nyata untuk menyerukan jeritan itu apa lagi kalau bukan demo…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar